Foto diambil dari sini |
Indiepop adalah manis, nama boleh manis tapi tujuan genre satu ini adalah melawan budaya mainstream dan kapitalisme dengan caranya tersendiri, yaitu memfokuskan nuansa musik pada aspek kenaifan kekanak-kanakan dengan lirik dan melodi manis dan sederhana. Jika dirunut sub-genre yang berkembang di Inggris pada pertengahan 80-han ini merupakan perkembangan dari post-punk yang memang turunan langsung dari punk.
Oleh karena itu, secara tidak langsung Indiepop merupakan Sweet Daughter of Punk. Kesamaan musik punk dan indiepop dapat dilihat dari semangat dan budayanya, bukan progresi dan coraknya yang tentunya berbeda jauh. Budaya atau ideologi yang diambil merupakan semangat Do It Yourself (DIY), Fanzine hingga sikap persamaan gender (egaliterian). Namun pada perkembanganya banyak juga band-band indiepop menolak citra punk, mereka hanya mengambil filosofi DIY mereka dan menulis lirik tentang cinta manis bukan pada isu-isu politik yang berat.
Musik Indiepop jika di analogikan mengesankan gaya seorang pemuda atau pemudi yang terlihat lugu manis, sendirian dan terasingi disudut pintu rumah. Entah karena jatuh cinta yang sulit tersampaikan ataupun seorang kutu buku yang malu-malu. Ciri yang jelas dari setiap musik indiepop adalah permainan petikan-petikan gitar clean nan bergemerincing jangly, tabuhan drum yang sederhana, nuansa yang manis, suara vokalis seperti ke anak-anakan (terdengar seperti malas-malasan) dan lirik-lirik manis yang gila gombal ataupun berbau politik.
The Smiths yang menyedihkan dan Morrisey sang vokalis adalah kultus bintang yang paling penting pada awal dekade indiepop. Kemampuan Morrissey menulis lirik-lirik puitis ala Oscar Wilde dengan bahasan yang kontroversial dan ditambah permainan Johnny Maar yang ciamik, membuat The Smiths menjadi band yang cukup di sorot pada dekade pertengahan tahun 80-an hingga pada perkembanganya saat ini. Mari kita kenalan dengan indiepop dengarkan The Smiths di sini...