Image and video hosting by TinyPic

Sunday, June 16, 2013

Mereka Menangis Menjadi Sampah



Tengoklah meja di sekililing food court yang sedang anda kunjungi, lalu perhatikanlah dan lakukan observasi kecil. Di sepanjang meja panjang tempat menaruh sajian makanan dan minuman yang akan kita pesan, terkadang kita akan menemukan makanan yang masih bersisa seperti  nasi yang masih menggunung, keju, atau lauk-pauk yang teronggok dengan beragam sayuran pencuci mulut. 

Pemenuhan atas nafsu lapar di perut menjadi biang keladi ritual mengkonsumsi makanan secara bebas, hal ini dipicu oleh indra penglihatan dan penciuman. Para petani dan tukang masak mungkin akan tersenyum senang jika sayur mayur yang ditanam pada cuaca anomali akhir-akhir ini dibeli dan dimakan habis. Lain cerita jika terbuang, orang tua dulu bilang mereka akan menangis karena menjadi sampah.

Tolong ingatkan kepada kawanmu di sebelah, kebanyakan dari kita terkadang lupa akan keterkaitan sumber daya alam dengan segala barang konsumsi yang ada. Atau mungkin terlena merasa segala rempah, sayuran, dan lauk pauk begitu melimpah di Indonesia jumlahnya? Ingatlah sekarang cuaca dan musim sulit diprediksi, realitasnya lingkungan dan ekosistem di balik barang konsumsi tidak berdiri sendiri.

Ketika kita membuang bahan makanan menjadi sampah, secara tidak langsung artinya kita ikut andil dalam menyia-nyiakan sumber daya alam, juga bisa diartikan sebagai menyia-nyiakan kerja manusia yang ikut berperan dalam bagian rantai produksi, serta berperan dalam ketidakadilan pada mahluk lain yang tidak berkesempatan mendapatkan bahan makanan.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), setiap tahun 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia. Disisi lain, setiap hari satu dari tujuh orang di dunia tidur dengan perut lapar, dan lebih dari 20.000 orang anak-anak balita mati akan kelaparan. Fakta lain menyebut, produksi makanan secara global menguasai 25 persen lahan yang bisa didiami manusia, membutuhkan 70 persen air bersih, 80 persen deforestasi, dan 30 persen penyebab Gas Rumah Kaca (Memahami manusia sebagai suaka. Kompas, 5 Juni 2013, hal 15) 

Data di atas memberikan sebuah indikasi bahwa proses produksi bahan konsumsi juga ikut mendorong perubahan fungsi lahan dan keanekaragaman hayati global. Karena masalah utama manusia secara ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan yang tidak seimbang dengan jumlah bahan yang ada, dan akhirnya menyebabkan terjadinya kelangkaan. Semua akan menjadi terbatas/langka jika sumber daya alam tidak dirawat dengan baik sehingga ujung-ujungnya kenaikan harga pada bahan-bahan konsumesi.

Pada akhirnya pertanyaan akan muncul, masihkah kita bertahan dengan gaya hidup menyia-nyiakan bahan makanan yang akan kita konsumsi? renungkan dan tanyakan pada diri anda sendiri, perubahan dimulai dari kesadaran kecil anda.

No comments:

Post a Comment