Rasanya mirip cerita film 3 hari
untuk selamanya. Selasa malam, waktu di
isi obrolan di dalam mobil bersama teman saya Ali. Dalam misi mengantarkan
mesin Vespa super ke Banjaran, sepanjang perjalanan kami dipenuhi dialog horizontal membicarakan beragam kegelisahan
menatap masa depan, keterhadiran pemerintah di negeri ini dan masalah keluarga yang menerpa.
Untuk menempuh perjalanan
Bandung – Banjaran yang berjarak kira-kira
12 kilometer dibutuhkan waktu tempuh 2 jam, cukup lama karena kemacetan
mengulat di sekitar Pasar Kordon Ciwastra sampai ujung Jalan Bojongsoang.
Kemacetan diakibatkan penyempitan jalan yang terjadi di awal jalan masuk
Bojongsoang, selain itu traffic kendaraan terpantau padat disebabkan
keberangkatan kami berbarengan dengan waktu jam pulang kantor.
Melihat lalu lintas yang serba
tidak teratur tersadarlah pikiran ini, pemerintah nampaknya tidak memiliki
penataan jelas berapa mobil angkutan umum yang boleh hadir dijalan. Lagian
polisi tidak hadir dijalan yang entah ada dimana, yang mungkin merakapun sama lelah segera cepat pulang
rebahan karena semua serba tidak teratur walaupun mereka berusaha untuk mengatur.
Spontan terpikirkan olah saya, aturan hanyalah sebuah macan
kertas! jalanan di sepanjang Bandung Selatan ini
seperti lintasan balapan difilm death race. Penduduk berjalan
ditempatkan bersama dengan kendaraan
bermotor lainya, trotoar sangat minim sekali, jikapun ada berhati-hatilah trotoarnya rapuh dan ada yang berlubang bisa masuk got!
Pemerintah dimana? Yang saya tahu permerintah baru akan hadir saat menarik
pajak dengan slogan cinta tanah air.
Mumet melihat segala kondisi
yang sangat berantakan, saya gelisah
melihat masa depan bangsa ini dan masa depan kami sebagai orang muda generasi penerus bangsa. lelah sekali
berpikir untuk menciptakan
suasana yang
lebih baik kedepanya. Coba saja ingatkan temanmu jangan membuang sampah
atau puntung rokok sembarangan, dalam kurang waktu berapa jam kedepan,
sampah akan di
buang kembali ketempat sembarangan. Bukan begitu?
No comments:
Post a Comment