Image and video hosting by TinyPic

Wednesday, January 23, 2013

Jika Bandung Lupa Sungai

Menyamakan Bandung dengan Paris akan membuat sungai Seine kecewa bila di bandingkan dengan Cikapundung(Richard & Sheila Bannet)
Richard dan Sheila Bannet, yang sempat tinggal di kota Bandung sekitar tahun 1980 memberikan sebuah kesan berupa bentuk kecintaan sekaligus keprihatinan akan sungai Cikapundung,pasangan dari Inggris tersebut melalui bukunya Bandung&Beyond menuliskan kesan kekecewaan yang menyatakan kerusakan ekosistem Sungai Cikapundung dari tahun ketahun, walaupun terasa pahit terdengar, namun pernyataan objektif pasangan Inggris ini perlu kita terima dengan lapang dada,karena hal tersebut diakbiatkan ulah kita sendiri yang tidak mampu merawat dengan baik lingkungan DAS (Daerah Aliran Sungai) Cikapundung yang tak lain merupakan nadi sebuah kota Bandung.

Sebuah Sejarah dan Perjalanan

Suatu toponimi adalah nama dari tempat, wilayah, atau suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alami (seperti sungai) dan yang buatan (seperti kota). Penamaan beberapa sungai di Kota Bandung pada sejarahnya banyak mengambil dari nama-nama pohon yang tumbuh di alam sekitar wilayah tersebut, seperti  nama Sungai Citarum berasal dari kata tarum ‘Indigofera spec’ atau Tarum areuy ‘Marsedenia tinctoria R.BR’, ataupun Sungai Cikapundung, berasal dari nama sebuah pohon kapundung ‘atau (ke)mundung (terutama Baccaurea racemosa (Reinw.) Muell. Arg.; juga B. javanica dan B. dulcis) adalah pohon buah asam-manis seukuran kelereng (menteng dalam bahasa Indonesia) Sekilas buah menteng mirip dengan buah dukuh namun tajuk pohonnya berbeda.

Pohon Kapundung
Sedikit membayangkan bahwa  penamaan  nama Cikapundung mungkin diambil dari sebuah nama pohon kapundung yang berada di hutan Gunung Bukit Tunggul, karena  Sungai Cikapundung berasal dari mata air yang berada di Gunung Bukit Tunggul yang kemudian membentuk Outlet dan bersatu membentuk sungai Cikapundung. Sungai ini mengalir melewati kawasan hutan lindung yang di dominasi oleh tumbuhan pinus dan kawasan perkebunan kina. setelah itu sungai mengalir menuju Kampung Cikapundung, lalu aliran sungai dilanjutkan sampai bertemu dengan anak sungai Cisarua di Desa Cibodas,kecamatan lembang dan anak sungai Cigulung di kawasan wisata Maribaya, yang terletak di Desa Langen Sari Kecamatan Lembang. Selanjutnya aliran sungai menuju ke kawasan Hutan Lindung Taman Insinyur Haji Djuanda atau bisa dikenal dengan kawasan Dago pakar, kemudian arah aliran sungai menuju ke arah hilir yang telah terdapat banyak pemukiman penduduk, yaitu Babakan Siliwangi,Melong,By pass sampai menuju ke arah desa Bojong Soang dan akhirnya bertemu dengan aliran sungai Citarum.

Potret kecil Cikapundung

Sampah Cikapundung
Orang tua dulu banyak bercerita hingga tahun 1970-an, masyarakat sekitar pinggiran sungai Cikapundung masih menfungsikan aliran Sungai sebagai sarana kehidupan, banyak warga sekitar mempergunakan Cikapundung untuk mandi, mencuci,memancing dan tempat bermain anak-anak untuk berenang, sementara sumber -sumber mata airnya digunakan masyarakat untuk air minum,memasak dan berwudhu. Namun itu hanya cerita dulu,kenyataanya Sungai Cikapundung yang merupakan ikon kota Bandung pada masa sekarang sangat tidak terawat keadaanya,hal itu dapat dilihat dengan mata telanjang warna air sungai yang keruh kotor ataupun sampah rumah tangga yang banyak bertebaran di dasar sungai.
Kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai masih menjadi sebuah persoalan utama di bantaran sungai Cikapundung, dapat juga kita hirup DAS Cikapundung , hal ini mungkin di akibatkan banyaknya bakteri yang ada pada air Sungai Cikapundung, bagaimana tidak, pada perjalanan Aleut! mejelajahi Sungai Cikapundung (Start babakan Siliwangi) sampai Curug Dago, pada bantaran sungai banyak terdapat rumah-rumah warga yang padat dan berdempetan tinggal di sisi Sungai Cikapundung membelakangi sungai.
fakta tersebut mengambarkan bagaimana kotoran mahluk hidup manusia dapat dibuang sewaktu-waktu tanpa rasa tanggung jawab pada sungai, ataupun pada kasus lain jika melirik agak ke hulu Cikapundung, pencemaran Sungai Cikapundung oleh kotoran sapi sudah menjadi suatu masalah serius, sebagian besar limbah tersebut  yang berasal dari lembang kabupaten Bandung Barat dibuang langsung ke Cikapundung.Imbasnya sungai yang membelah Kota Bandung itu semakin kotor dan membahayakan kesehatan karena disinyalir tercemar bakteri E-Coli.Apalagi disinyalir air sungai Cikapundung yang tercemar tersebut, telah merembes kesumber sumber air bersih warga yang tinggal di dekat sungai.

Pelesiran Cikapundung sebagai Refleksi

Penanganan Sungai Cikapundung tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi harus dilakukan Berkesinambungan dalam program dari hulu ke hilir, selain hal itu juga, penanganan Cikapundung harus dapat melibatkan sebanyak mungkin intansi dan masyarakat, masyarakat bantaran sungai cikapundung sebaiknya di berikan suatu bentuk pengarahan bahwa sungai merupakan sumber kehidupan manusia dalam kehidupan,juga pentingnya budaya hidup bersih dan sehat yang belum dipahami secara merata oleh masyarakat sekitar.
Bila di sederhanakan, masalah cikapundung adalah masalah sampah, jika tidak ditangani secara sungguh-sungguh, dalam waktu tahun-ketahun yang akan datang, kondisi Cikapundung akan semakin terpuruk. Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan masyarakat Kota Bandung dalam mengingat,menjaga dan menghargai Sungai Cikapundung diantaranya menciptakan Sungai Cikapundung Sebagai tempat pelesiran, sedikit mengandai-andai apabila Sungai Cikapundung dijadikan tempat pelesiran yang dikemas secara menarik, sehingga banyak orang berduyun duyun ingin melakukan pelesiran Cikapundung, warga bantaran Sungai Cikapundung pun mendapat getah pemasukan lebih,entah dari makanan yang mereka jual,penginapan,ataupun keramba keramba ikan yang dapat mereka ternakan di sungai.Yah mungkin itu harapan  semata, namun fakta membuktikan  Pada Perjalanan bersama Aleut! Minggu (26/6)2011 bertema menjelajah Sungai Cikapundung- Curug Dago, banyak objek yang menjadikan perjalanan ini menarik untuk dijadikan wisata edukasi dan rekreasi ekonomis, diantaranya:

Pothole

Pada sekitar DAS Cikapundung, diantara daerah babakan Siliwangi dan Curug dago, dapat ditemukan beberapa  Pothole,Pothole adalah batuan pada dasar sungai yang berbentung lubang-lubang yang terbentuk melalui proses erosi,Awal dari proses pembentukan pothole, menurut von Engeln adalah sebagai berikut :
Ketika sungai mempunyai batuan dasar yang teksturnya tidak seragam, atau mempunyai kekar dan bidang lemah lainnya, maka sebuah cerukan kecil mungkin terbentuk karena erosi, atau akibat adanya bagian/framen yang terlepas. Cerukan ini selanjutnya dapat menjadi tempat berhenti sementara bagi butiran yang agak kasar yang tidak mampu diangkut arus. Butiran/fragmen ini tidak diam dan mengendap, tetapi tetap bergerak karena pengaruh arus, dan membentuk gerakan memutar. Gerakan memutar ini disebabkan kekuatan arus yang tidak cukup kuat membawa butiran tetapi cukup untuk mengangkat dan menggerakkan butiran ini. Proses ini yang memperlebar dan memperdalam cerukan awal, yang selanjutnya akan semakin banyak butiran/fragmen yang berhenti disini.

Terowongan Cibarani

Terowongan Cibarani dapat terlihat meyerupai Lorong dengan panjang kira-kira 100 meter  yang di buat pada masa Hindia Belanda, lorong ini dipergunakan sebagai saluran air Sungai Cibarani.pada tata letaknya, lorong yang tingginya 1,5 meter  dengan tinggi air selutut  ini menembus menerobos sebuah bukit batu sebagai  jalan aliran airnya. Pada ujung terowongan kearah barat laut, nampak terlihat bekas pelakat tertempel  dibangunya lorong sungai tersebut.

Watervang Cilimus

Merupakan sebuah pintu air yang di buat Belanda pada masa penjajahan di Indonesia, terlihat pada plakat dengan nama Watervang Cilimus, sangat disayangkan sekali pintu air ini sudah tidak digunakan lagi sekarang, namun tetap saja bangunan ini berfungsi sebagai objek berfoto yang cukup menarik.

Curug Dago

Terletak di ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut, Curug Dago juga menyimpan jejak sejarah bagi Kerajaan Thailand. Tak jauh dari lokasi air terjun, terdapat dua prasasti batu tulis peninggalan sekitar tahun 1818. Menurut para ahli sejarah, kedua prasasti tersebut konon merupakan peninggalan Raja Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) yang pernah berkunjung ke Curug Dago.


Tinggi air terjun ini memang tidak setinggi Curug Omas di obyek wisata Maribaya, yang memiliki ketinggian 35 meter. Curug Dago hanya memiliki ketinggian lebih kurang 10 meter. Namun karena terjunan air jatuh ke dalam sebuah rongga yang terbentuk oleh batu-batu besar sehingga suara gemuruh air sangat terdengar jelas dari kejauhan.

Sungai adalah nadi bumi, selamatkan Cikapundung!! Dengan semangat perubahan sebagai sikap kepedulian sosial terhadap salah satu ikon kota Bandung, penulis berharap munculnya kesadaran warga Bandung khusunya yang tinggal di sekitar bantaran sungai, agar memperlakukan sungai dengan baik, karena Bandung milik warga yang tinggal di Bandung, jika di analogikan seperti rumah kita sendiri, ada kalanya kitapun akan menjaga,membersihkan dan merawat rumah dengan baik karena rasa kepemilikan rumah,untuk itu mari menjaga Sungai Cikapundung, karena Bandung milik penduduk yang tinggal di Bandung.
Sumber:

 Hutagalung, Ridwan dan Taufanny Nugraha.(2008).Braga Jantung parijs van java.Bandung: Ka bandung

Muhammad Febryan Nugroho. 2011. Pothole Sungai Citarum. Dimuat di http://febryannugroho.wordpress.com/2011/02/26/pothole-sungai-citarum.html Diakses: 26 Februari 2011.

Indra Kh. 2007. Curug Dago, Air Terjun yang Terlupakan. Dimuat di http://indrakh.wordpress.com/2007/04/09/curug-dago-air-terjun-yang-terlupakan.Diakses:  9 April 2007.

Sunda Samanggaran.2009. “BANDUNG“ NAMA POHON YANG TERLUPAKAN http://sundasamanggaran.blogspot.com/2009/08/bandung-nama-pohon-yang-terlupakan.html Diakses : 30 Agustus 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Menteng

No comments:

Post a Comment